BAB 3
RISIKO DAN KEUNTUNGAN
1.
Pendahuluan
·
Kerangka analisis risiko dan tingkat
keuntungan sangat penting bagi seorang investor yang melakukan investasi pada
kondisi yang tidak pasti (probalistik). Seperti diketahui, “hukum dasar” yang
berlaku di bidang investasi (termasuk investasi pada aktiva finansial) adalah:
semakin tinggi tingkat keuntungan suatu investasi, semakin besar pula
risikonya.
2.
Definisi
dan Ukuran Risiko
·
Cukup sulit untuk mencari suatu definisi
risiko yang dapt diterima semua pihak. Menurut The American Heritage
Dictionary, risiko didefinisikan sebagai “the possibility of suffering harm or
loss”. Dalam konteks investasi, kondisi “harm” atau “loss” tersebut dapat
berupa kondisi dimana investor menerima keuntungan yang lebih kecil dari yagn disyaratkan/diharapkan.
Karena risiko timbul dari kondisi ketidakpastian, maka untuk mengukur risiko
kita harus memahami konsep distribusi probabilitas.
·
Ditribusi probabilitas sering
didefinisikan sebagai “himpunan hasil-hasil yagn mungkin terjadi dengan probabilitas
terjadinya”.
·
Dari distribusi probabilitas tingkat
keuntungan tersebut dapat kita cari rata-rata tertimbang dan deviasi
standar-nya dengan rumus:
Tingkat keuntungan yang
diharapkan =
Deviasi standar tingkat
keuntungan yang diharapkan =
·
Deviasi standar
adalah ukuran simpangan nilai-niali dari nilaiyang diharapkan. Jika kita
mendefinisikan risiko investasi sebagai “kondisi dimana investor memperoleh
keuntungan yang kurang dari yang diharapkan”, maka risiko dapat diukur dengan
menggunakan deviasi standar. Konsep deviasi standar sebagai ukuran risiko
mungkin tidak dapat memuaskan setiap orang.
·
Untuk menghitung
deviasi standar dri probabilitas keuntungan sebenarnya ada 2 cara: ex-ante dan ex-post. Cara ex-ante artinya kita memprediksi apa yang akan
terjadi di masa mendatang tanpa menggunakan data di masa lalu. Dengan cara ini
kita harus menetapkan probabilitas dari suatu kejadian akan terjadi di masa
mendatang.
·
Cara ex-post
adalah menghitung keuntungan yagn diharapkan dan deviasi standarnya dengan
menggunakan data historis atau data di masa lalu. Dengan cara ini keuntungan
yang diharapkan yang diharapkan dihitung dengan merat-rata tingkat keuntungan
selama suatu periode tertentu di masa lalu, atau dengan rumus:
Keuntungan yang
diharapkan = Rata-rata keuntungan =
Deviasi standar
3. Hubungan Positif Antara
Risiko dan Keuntungan : studi jangka Panjang
·
studi jangka panjang
dilakukan oleh roger Ibbotsondan Rex Sinquedield menunjukkan bahwa investor
menerima keuntungan yang lebih tinggi untuk menanggung risiko yang lebih besar.
Investasi yang paling berisiko adalah saham perusahaan kecil (small company stocks), ditunjukkan
dengan distribusi probabilitas keuntungan yang paling datar dan lebar. Risiko
yang tinggi dikompensasi dengan tingkat keuntungan yang tinggi pula.
4. Teori Portofolio Modern
·
Teori portofolio modern
berangkat dari premis bahwa semua investor adalah enggan terhadap risiko
(risk-averse). Teori ini mengajarkan bagaimana mengkombinasikan saham-saham ke
dalam suatu portofolio (kumpulan asset keuangan) untuk : (1) memperoleh
keuntungan maksimal dengan risiko tertentu, atau (2) memperoleh keuntungan tertentu
dengan risiko normal.
·
Teori ini diajukan oleh
Harry Markowitz dari University of
Chicago pada tahun 1950-an. Markotwitz menemukan fenomena sebagai berikut: jika
saham-saham berikut: jika saham-saham berisiko tinggi disatukan dalam suatu
portofolio dengan suatu cara, portofolio tersebut lebih kecil risikonya
dibandingkan dengan risiko saham secar individu.
·
Sebelum membicarakan
formula risiko suatu portofolio, kita pelajari konsep kovarians (covariance)
dan koefisien korelasi (correlation
coefficient). Koverians adalah suatu ukuran kekuatan atau derajat hubungan
antara 2 variabel. Kovarians positif menunjukkan hubungan positif, sedangkan
kovarians negatif menunjukkan hubungan negatif. Kovarians antara A dan B dapat
di hitung dengan rumus sbb:
·
kovarians dapat
distandarkan dengan membagi angka kovarians dengan hasil kali standar deviasi
ke dua variabel. Haisl ini disebut koefisien korelasi (coefficient of correlation). Standarisasi ini memudahkan kita untuk
melakukan perbandingan keeretan hubungan antar beberapa variabel. Koefisien
korelasi berkisar berkisar antara +1 dan
-1.korelasi +1 menunjukkan hubungan searah yang kuat sempurna. Korelasi -1
menunjukkan hubungan tebalik yang kuat sempurna. Korelasi 0 menunjukkan tiada
hubungan sama sekali.
·
Rumus koefisien
korelasi antara A dan B adalah:
5.
Risiko Sistematis dan Tidak Sistematis
·
Teori portofolio
merubah cara investor dalam menilai risiko suatu saham. Jika semua investor
melakukan diversifikasi seperti diajarkan oleh Harry Markowitz, maka ada
sebagian risiko yang hilang akibat diversifikasi. Menurut teori Capital Asset
Pricing Model dan CAPM, risiko ini disebut sebagai risiko yang tidak sistematis (unsystematic
risk) yaitu risiko yang dapat dihilangkan melalui diversifikasi. Risiko ini
merupakan probabilitas keuntungan berada di bawah keuntungan yang di-harapkan
yang disebabkan oleh faktor-faktor yang hanya ada pada suatu perusahaan.
Misalnya, pemogokan buruh, perubahan manajemen, inovasi, kebakaran, dsb. Risiko
ini sering disebut risiko pasar (market
risk) atau risiko sistematis
karena disebabkan faktor yang menimpa seluruh ekonomi atau pasar. Risiko
sistematis ini merupakan probabilitas bahwa keuntungan perusahaan berada di
bawah keuntungan yang diharapkan karena adanya faktor-faktor yang membawa
dampak bagi seluruh perusahaan di yang berada dalam suatu perekonomian.
Misalnya, peraturan pemerintah, kenaikan pajak, resesi, devaluasi, dan
sebagainya.
·
Penjumlahan
unsystematic risk dan systematic risk merupakan total risk. Risiko tetal atau
total risk adalah risiko suatu aset yagn disimpan secara terisolir atau risiko
dari suatu aset tunggal. Maka jelas bahwa risiko total adalah deviasi standar
keuntungan suatu investasi.
·
Risiko
sistematis diukur dengan koefisien beta
yaitu koefisien yang menunjukkan kepekaan keuntungan suatu saham terhadap
perubahan keuntungan saham-saham secara rata-rata di pasar (indeks pasar).
Untuk mencari beta suatu saham secara historis kita dapat membuat regresi
antara keuntungan historis suatu saham sebagai variabel terikat dan keuntungan
historis indeks pasar (misalnya IHSG) sebagai variabel bebas. Koefisien regresi
hasil perhitungan kita merupakan beta atau risiko sistematis.
6.
Hubungan Risiko dan Keuntungan Menurut CAPM
·
CAPM diajukan
oleh William Sharpe (Stanford University) dan John Lintner (Harvard University),
merupakan kelanjutan dari teori portofolio modern dari Harry Markowitz. Teori
ini mendefinisikan hubungan antara risiko dengan tingkat keuntungan aktiva pada
equilibrium.
·
Jika investor
mengkombinasikan 2 saham ke dalam portofolio dengan proporsi (timbangan)
tertentu, diperoleh tingkat keuntungan dan deviasi standar keuntungan
portofolio. Kombinasi portofolio yang terbentuk sangat banyak, apalagi jika
jumlah saham yang dikombinasikan bertambah. Tingkat keuntungan yang diharapkan
atau kp dan risiko (diukur dengan deviasi standar) portofolio dapat digambarkan
pada suatu grafik. Dari grafik ini akan terlihat suatu kurva yang disebut
minimum variance set. Minimum variance
set adalah himpunan portofolio yang memberikan deviasi standar terkecil
untuk tingkat keuntungan tertentu. Perhatikan gambar berikut ini:
C
B
A
·
Kurva A-B-C dan
titik-titik didalamnya adalah seluruh kemungkinan portofolio yang terbentuk.
A-B-C disebut minimum variance set (MVS). Portofolio yang berada pada MVS
adalah portofolio yang memberikan varians (atau deviasi standar) minimum untuk
rate of return tertentu. Kurva B-C disebtu efficient set. Portofolio pada efficient set adalah portofolio yang
memberikan rate of return tertinggi untuk risiko tertentu. Investor yang bijak
akan memilih portofolio-portofolio yang terletak pada efficient set.
·
Efficient set
tidak lagi A-B-C, tetapi KRF-M-N. Portofolio M disebut market portofolio, yaitu
portofolio yang meliputi seluruh saham atau aktiva finansial yang ada di pasar modal.
Portofolio M ini sering diidentikkan dengan indeks pasar (market index).
·
Hubungan antara
risiko portofolio dan keuntungan portofolio yang diharapkan dengan asumsi semua investor melakukan
investasi pada efficient set.
·
Persamaan linier di
atas disebut Capital Market Line (CML),
yaitu garis linier yang menerangkan hubungan antara risiko portofolio yang
diukur dengan deviasi standar portofolio ( dengan tingkat keuntungan portofolio yang
diharapkan ( untuk setiap portofolio yang efisien.
·
Menurut CAPM, jika
risiko diukur dengan beta, hubungan antara risiko yang relevan dari suatu saham
dengan keuntungan yang disyaratkan dinyatakan dengan suatu faris linier yang
disebut Security Market Line (SML).
·
Portofolio memberikan
dua pelajaran penting: (1) untuk mengukur risiko saham atau aktiva finansial
yang dibeli dalam rangka membentuk portofolio, dipergunakan koefisien beta, dan
(2) hubungan antara tingkat keuntungan yang disyaratkan dengan risiko saham
(beta) adalah linear dan positif.
7.
Perubahan Security Market Line
·
Dampak inflasi
terhadap SML
jika
investor mempekirakan bahwa inflasi akan naik, mereka mengharapkan kenaikan
suku bunga bebas risiko serta tingkat keuntungan saham rata-rata (portofolio
pasar) juga sebesar kenaikan inflasi. Oleh sebab itu, krf akan naik, namun ()
tetap karena naik dengan besaran yang sama.
·
Dampak
perubahamn risk aversion atau premi risiko besar
Jika
risk aversion berubah, Slope SML juga berubah, sedangkan konstanta (krf) tetap.
Ingat bahwa risk aversion diukur dengan ().
·
Perubahan beta
suatu saham
Beta
suatu saham tidaklah tetap, tapi dpat berubah-ubah. Faktor-faktor yang dapat
merubah beta adalah: kompetisi yang menigkat, komposisi aktiva perusahaan,
tingkat hutang perusahaan, dsb. Jika beta berubah, SML tidak akan berubah, yang
berubah adalah tingkat keuntungan yang disyaratkan.
·
Beta suatu
portofolio
Beta
suatu portofolio dapat dihitung dengan rumus:
Dimana:
= beta portofolio
= beta saham atau aktiva i
= bagian uang yang diinvestasikan pada
saham/aktiva i
n = Jumlah saham atau aktiva dalam
portofolio