Senin, 08 Desember 2014

Resume Manajamen Keuangan Lanjutan Bab 3



BAB 3
RISIKO DAN KEUNTUNGAN
1.      Pendahuluan
·         Kerangka analisis risiko dan tingkat keuntungan sangat penting bagi seorang investor yang melakukan investasi pada kondisi yang tidak pasti (probalistik). Seperti diketahui, “hukum dasar” yang berlaku di bidang investasi (termasuk investasi pada aktiva finansial) adalah: semakin tinggi tingkat keuntungan suatu investasi, semakin besar pula risikonya.
2.      Definisi dan Ukuran Risiko
·         Cukup sulit untuk mencari suatu definisi risiko yang dapt diterima semua pihak. Menurut The American Heritage Dictionary, risiko didefinisikan sebagai “the possibility of suffering harm or loss”. Dalam konteks investasi, kondisi “harm” atau “loss” tersebut dapat berupa kondisi dimana investor menerima keuntungan yang lebih kecil dari yagn disyaratkan/diharapkan. Karena risiko timbul dari kondisi ketidakpastian, maka untuk mengukur risiko kita harus memahami konsep distribusi probabilitas.
·         Ditribusi probabilitas sering didefinisikan sebagai “himpunan hasil-hasil yagn mungkin terjadi dengan probabilitas terjadinya”.
·         Dari distribusi probabilitas tingkat keuntungan tersebut dapat kita cari rata-rata tertimbang dan deviasi standar-nya dengan rumus:

Tingkat keuntungan yang diharapkan =

Deviasi standar tingkat keuntungan yang diharapkan =

·         Deviasi standar adalah ukuran simpangan nilai-niali dari nilaiyang diharapkan. Jika kita mendefinisikan risiko investasi sebagai “kondisi dimana investor memperoleh keuntungan yang kurang dari yang diharapkan”, maka risiko dapat diukur dengan menggunakan deviasi standar. Konsep deviasi standar sebagai ukuran risiko mungkin tidak dapat memuaskan setiap orang.
·         Untuk menghitung deviasi standar dri probabilitas keuntungan sebenarnya ada 2 cara: ex-ante dan ex-post. Cara ex-ante artinya kita memprediksi apa yang akan terjadi di masa mendatang tanpa menggunakan data di masa lalu. Dengan cara ini kita harus menetapkan probabilitas dari suatu kejadian akan terjadi di masa mendatang.
·         Cara ex-post adalah menghitung keuntungan yagn diharapkan dan deviasi standarnya dengan menggunakan data historis atau data di masa lalu. Dengan cara ini keuntungan yang diharapkan yang diharapkan dihitung dengan merat-rata tingkat keuntungan selama suatu periode tertentu di masa lalu, atau dengan rumus:

Keuntungan yang diharapkan = Rata-rata keuntungan =

Deviasi standar

3.      Hubungan Positif Antara Risiko dan Keuntungan : studi jangka Panjang
·         studi jangka panjang dilakukan oleh roger Ibbotsondan Rex Sinquedield menunjukkan bahwa investor menerima keuntungan yang lebih tinggi untuk menanggung risiko yang lebih besar. Investasi yang paling berisiko adalah saham perusahaan kecil (small company stocks), ditunjukkan dengan distribusi probabilitas keuntungan yang paling datar dan lebar. Risiko yang tinggi dikompensasi dengan tingkat keuntungan yang tinggi  pula.
4.      Teori Portofolio Modern
·         Teori portofolio modern berangkat dari premis bahwa semua investor adalah enggan terhadap risiko (risk-averse). Teori ini mengajarkan bagaimana mengkombinasikan saham-saham ke dalam suatu portofolio (kumpulan asset keuangan) untuk : (1) memperoleh keuntungan maksimal dengan risiko tertentu, atau (2) memperoleh keuntungan tertentu dengan risiko normal.
·         Teori ini diajukan oleh Harry Markowitz dari University of Chicago pada tahun 1950-an. Markotwitz menemukan fenomena sebagai berikut: jika saham-saham berikut: jika saham-saham berisiko tinggi disatukan dalam suatu portofolio dengan suatu cara, portofolio tersebut lebih kecil risikonya dibandingkan dengan risiko saham secar individu.
·         Sebelum membicarakan formula risiko suatu portofolio, kita pelajari konsep kovarians (covariance) dan koefisien korelasi (correlation coefficient). Koverians adalah suatu ukuran kekuatan atau derajat hubungan antara 2 variabel. Kovarians positif menunjukkan hubungan positif, sedangkan kovarians negatif menunjukkan hubungan negatif. Kovarians antara A dan B dapat di hitung dengan rumus sbb:

·         kovarians dapat distandarkan dengan membagi angka kovarians dengan hasil kali standar deviasi ke dua variabel. Haisl ini disebut koefisien korelasi (coefficient of correlation). Standarisasi ini memudahkan kita untuk melakukan perbandingan keeretan hubungan antar beberapa variabel. Koefisien korelasi berkisar berkisar antara +1  dan -1.korelasi +1 menunjukkan hubungan searah yang kuat sempurna. Korelasi -1 menunjukkan hubungan tebalik yang kuat sempurna. Korelasi 0 menunjukkan tiada hubungan sama sekali.
·         Rumus koefisien korelasi antara A dan B adalah:


5.      Risiko Sistematis dan Tidak Sistematis
·         Teori portofolio merubah cara investor dalam menilai risiko suatu saham. Jika semua investor melakukan diversifikasi seperti diajarkan oleh Harry Markowitz, maka ada sebagian risiko yang hilang akibat diversifikasi. Menurut teori Capital Asset Pricing Model dan CAPM, risiko ini disebut sebagai risiko yang tidak sistematis (unsystematic risk) yaitu risiko yang dapat dihilangkan melalui diversifikasi. Risiko ini merupakan probabilitas keuntungan berada di bawah keuntungan yang di-harapkan yang disebabkan oleh faktor-faktor yang hanya ada pada suatu perusahaan. Misalnya, pemogokan buruh, perubahan manajemen, inovasi, kebakaran, dsb. Risiko ini sering disebut risiko pasar (market risk) atau risiko sistematis karena disebabkan faktor yang menimpa seluruh ekonomi atau pasar. Risiko sistematis ini merupakan probabilitas bahwa keuntungan perusahaan berada di bawah keuntungan yang diharapkan karena adanya faktor-faktor yang membawa dampak bagi seluruh perusahaan di yang berada dalam suatu perekonomian. Misalnya, peraturan pemerintah, kenaikan pajak, resesi, devaluasi, dan sebagainya.
·         Penjumlahan unsystematic risk dan systematic risk merupakan total risk. Risiko tetal atau total risk adalah risiko suatu aset yagn disimpan secara terisolir atau risiko dari suatu aset tunggal. Maka jelas bahwa risiko total adalah deviasi standar keuntungan suatu investasi.
·         Risiko sistematis diukur dengan koefisien beta yaitu koefisien yang menunjukkan kepekaan keuntungan suatu saham terhadap perubahan keuntungan saham-saham secara rata-rata di pasar (indeks pasar). Untuk mencari beta suatu saham secara historis kita dapat membuat regresi antara keuntungan historis suatu saham sebagai variabel terikat dan keuntungan historis indeks pasar (misalnya IHSG) sebagai variabel bebas. Koefisien regresi hasil perhitungan kita merupakan beta atau risiko sistematis.

6.      Hubungan Risiko dan Keuntungan Menurut CAPM
·         CAPM diajukan oleh William  Sharpe (Stanford University) dan John Lintner (Harvard University), merupakan kelanjutan dari teori portofolio modern dari Harry Markowitz. Teori ini mendefinisikan hubungan antara risiko dengan tingkat keuntungan aktiva pada equilibrium.
·         Jika investor mengkombinasikan 2 saham ke dalam portofolio dengan proporsi (timbangan) tertentu, diperoleh tingkat keuntungan dan deviasi standar keuntungan portofolio. Kombinasi portofolio yang terbentuk sangat banyak, apalagi jika jumlah saham yang dikombinasikan bertambah. Tingkat keuntungan yang diharapkan atau kp dan risiko (diukur dengan deviasi standar) portofolio dapat digambarkan pada suatu grafik. Dari grafik ini akan terlihat suatu kurva yang disebut minimum variance set. Minimum variance set adalah himpunan portofolio yang memberikan deviasi standar terkecil untuk tingkat keuntungan tertentu. Perhatikan gambar berikut ini:







Text Box: kp
 


Oval: .  . .. .. . . . . .. . .    . . . . . .. . . . ..                                                   C
 


        B
Text Box: σp                A




 



·         Kurva A-B-C dan titik-titik didalamnya adalah seluruh kemungkinan portofolio yang terbentuk. A-B-C disebut minimum variance set (MVS). Portofolio yang berada pada MVS adalah portofolio yang memberikan varians (atau deviasi standar) minimum untuk rate of return tertentu. Kurva B-C disebtu efficient set. Portofolio pada efficient set adalah portofolio yang memberikan rate of return tertinggi untuk risiko tertentu. Investor yang bijak akan memilih portofolio-portofolio yang terletak pada efficient set.



 






     





















 




·         Efficient set tidak lagi A-B-C, tetapi KRF-M-N. Portofolio M disebut market portofolio, yaitu portofolio yang meliputi seluruh saham atau aktiva finansial yang ada di pasar modal. Portofolio M ini sering diidentikkan dengan indeks pasar (market index).
·         Hubungan antara risiko portofolio  dan keuntungan portofolio yang diharapkan  dengan asumsi semua investor melakukan investasi pada efficient set.
·         Persamaan linier di atas disebut Capital Market Line (CML), yaitu garis linier yang menerangkan hubungan antara risiko portofolio yang diukur dengan deviasi standar portofolio ( dengan tingkat keuntungan portofolio yang diharapkan ( untuk setiap portofolio yang efisien.
·         Menurut CAPM, jika risiko diukur dengan beta, hubungan antara risiko yang relevan dari suatu saham dengan keuntungan yang disyaratkan dinyatakan dengan suatu faris linier yang disebut Security Market Line (SML).
·         Portofolio memberikan dua pelajaran penting: (1) untuk mengukur risiko saham atau aktiva finansial yang dibeli dalam rangka membentuk portofolio, dipergunakan koefisien beta, dan (2) hubungan antara tingkat keuntungan yang disyaratkan dengan risiko saham (beta) adalah linear dan positif.

7.      Perubahan Security Market Line
·         Dampak inflasi terhadap SML
jika investor mempekirakan bahwa inflasi akan naik, mereka mengharapkan kenaikan suku bunga bebas risiko serta tingkat keuntungan saham rata-rata (portofolio pasar) juga sebesar kenaikan inflasi. Oleh sebab itu, krf akan naik, namun () tetap karena  naik dengan besaran yang sama.
·         Dampak perubahamn risk aversion atau premi risiko besar
Jika risk aversion berubah, Slope SML juga berubah, sedangkan konstanta (krf) tetap. Ingat bahwa risk aversion diukur dengan ().
·         Perubahan beta suatu saham
Beta suatu saham tidaklah tetap, tapi dpat berubah-ubah. Faktor-faktor yang dapat merubah beta adalah: kompetisi yang menigkat, komposisi aktiva perusahaan, tingkat hutang perusahaan, dsb. Jika beta berubah, SML tidak akan berubah, yang berubah adalah tingkat keuntungan yang disyaratkan.
·         Beta suatu portofolio
Beta suatu portofolio dapat dihitung dengan rumus:

Dimana:
 = beta portofolio
 = beta saham atau aktiva i
 = bagian uang yang diinvestasikan pada saham/aktiva i
n = Jumlah saham atau aktiva dalam portofolio

Resume Manajemen KEuangan LAnjutan Bab 2



BAB 2
PASAR FINANSIAL DAN TEORI SUKU BUNGA

1.      Jenis sekuritas finansial
Text Box: Aktiva Finansialada banyak cara mengkategorikan sekuritas atau aktiva finansial, antara lain seperti yang disajikan diagram berikut ini:


 











1.1.  Sekuritas Pasar Uang (Money Market Securities)
Sekuritas Pasar Uang terdiri atas instrument hutang jangka pendek yang dijual oleh pemerintah, institusi keuangan dan perusahaan. Karakteristik penting sekuritas ini adalah usianya yang satu tahun atau kurang. Contoh: Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Commercial Paper, JIBOR (Jakarta Interbank Offered Rate), deposito.
·         SBI adalah surat hutang Bank Indonesia yang berjangka kurang dari setahun.
·         Commercial Paper adalah surat hutang jangka pendek yang diterbitkan oleh perusahaan atau lembaga-lembaga keuangan.
·         JIBOR adalah suku bunga pinjaman antar bank-bank di Jakarta.
1.2.  Sekuritas Pasar Modal (Capital market Securities)
Sekuritas Pasar Modal (capital market securities) terdiri atas instrument dengan usia lebih dari satu tahun hingga tak terhingga (tanpa waktu jatuh tempo). Terbagi atas (1) sekuritas yang memberikan penghasilan tetap, misalnya obligasi dengan bunga tetap, serta (2) sekuritas yang menawarkan partisipasi kepemilikan, misalnya saham biasa. Saham preferen merupakan instrument yang memiliki sifat gabungan dari kedua jenis tersebut.
·    Sekuritas Penghasilan tetap yang popular adalah obligasi (bond). Obligasi adalah surat tanda hutang yang diterbitkan oleh suatu korporasi, lembaga keuangan atau pemerintah.
·         Pemerintah Indonesia saat ini tidak menerbitkan obligasi, tidak seperti halnya pemerintah AS dimana obligasi pemerintah federal yaitu Treasury-Bills (T-Bills), Treasury Notes (T-Notes) dan Treasury Bonds (T-Bonds) menjadi instrumen pasar finansial yang berperan penting.
·         Obligasi yang diterbitkan oleh suatu korporasi atau perusahaan memiliki spesifikasi yang mirip dengan obligasi pemerintah. Beda utamanya adalah pada tingkat resikonya. Pembeli obligasi menanggung setidaknya 3 macam risiko, misalnya: (1) risiko bunga dan nilai nominal tidak berbayar (default rate disk), (2) risiko obligasi sulit dijual kembali (liquidity disk), (3) risiko harga pasar obligasi turun karena kenaikan suku bunga pasar (interest rate disk).
·         Saham biasa adalah sekuritas kepemilikan yang paling popular. Saham biasa biasa mewakilik klaim kepemilikan pada penghasilan dan akriva yang dimiliki perusahaan.
·         Saham preferen (preferred stock) merupakan “blasteran” antara saham biasa dan obligasi. Ia memiliki sifat saham, misalnya tidak ada waktu jatuh tempo (namun ada beberapa saham preferen yang dapat di-call) dan memberikan dividen. Ia juga memiliki sifat obligasi, yaitu dividen yang diberikan bersifat tetap (merupakan persentase dari nilai nominalnya).
·         Jika kita melihat suatu laporan rugi-laba (income statement), pemegang obligasi akan menerima terlebih dahulu hak-nya, setelah itu baru pemegang saham preferen (dividen saham preferen dibayar dari laba bersih setelah pajak), kemudian disusul oleh pemegang saham biasa.
1.3.  Sekuritas Turunan (Derivative Sekuritas)
Sekuritas turunan adalah sekuritas yang nilainya dikaitkan dengan aktiva atau sekuritas lainnya (sekuritas utama seperti obligasi dan saham). Sekuritas turunan yang banyak diperjual belikan adalah (1) option, dan (2) futures. Tujuan utama diciptakannya sekuritas turunan adalah untuk melakukan hedging (pengurangan risiko). Namun pada perkembangan lebih lanjut, sekuritas ini justru banyak digunakan sebagai alat spekulasi.
·         Option adalah suatu kontrak antara dua pihak, pihak penjual option (option writer) dan pihak pembeli option (option holder) untuk melakukan transaksi jual atau beli suatu aktiva tertentu pada harga dan tanggal penyerahan yang terlah disepakati. Ada dua macam kontrak option : (1) call option, dan (2) put option.
·         Sekuritas perusahaan yang memiliki sifat seperti call option adalah warrant. Warrant adalah suatu sekuritas yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli saham perusahaan penerbit warrant tersebut pada harga yang telah disepakati pada waktu atau selama periode waktu yang telah ditentukan.
·         Futures adalah suatu kontrak antara dua pihak untuk melakukan transaksi (penjualan atau pembelian) terhadap suatu aktiva di masa mendatang dimana harga telah disepakati hari ini.
·         Perbedaan utama option dengan futures adalah: pada optio, pemegang option boleh memilih untuk menggunakan atau tidak menggunakan hak beli/jualnya, sedangkan pada futures, pembeli futures harus melaksanakan kewajibannya (obligation).
1.4.  Investasi Tidak Langsung Melalui Reksa Dana
·         Bagi seorang calon investor, selain mmbeli secara langsung saham biasa dan obligasi yang ditawarkan di bursa efek, ia dapat memilih membeli sekuritas tersebut secara tidak langsung dengan cara membeli saham perusahaan investasi (investment companies) yang disebut reksa dana (mutual funds). Reksa dana merupakan suatu portofolio sekuritas.
·         Ada dua macam reksa dana: (1) open-ends dan (2) closed-ends. Reksa dana yang open end dapat dijual kembali kepada perusahaan penrebitnya, sedangkan reksa dana closed ends tidak.
·         Ada dua macam fee yang dikenakan pada pembeli reksa dana: (1) front-end load, yakni fee yang dikenakan saat investor membeli reksa dana, dan (2) back-end load, yaitu feee tambahan yang dikenakan saat investor menjual kembali reksa dananya ke perusahaan investasi.
·         Pada kasus reksa dana closed-end, perusahaan investasi menggunakan hasil bersih penjualan reksa dana untuk membeli saham dan obligasi. Reksa dana kemudian diperjual-belikan di bursa efek dan menentukan nasibnya sendiri. Memiliki reksa dana closed end adalah seperti memiliki saham perusahaan biasa, hanya bedanya aktiva yang dimiliki berupa saham dan obligasi. Tidak seperti reksa dana open-end, reksa dana closed-end dapat dijual di bursa efek dengan harga di atas (premium) atau di bawah (discount) nilai aktiva bersihnya.
·         Reksa dana sering dikatakan pada umumnya menawarkan likuiditas, divesifikasi dan “manajemen dana secara professional”. Pemegang reksa dana dengan modal dan pengetahuan investasi terbatas dapat menikmati efek diversifikasi karena reksa dana merupakan himpunan sekuritas yang dipilh oleh para “professional” di bidang investasi.
2.      Fungsi Pasar Finansial
·         Pasar finansial memiliki fungsi ekonomi yang amat penting yaitu mengalokasikan dana secara efisien dari pihak yang berlebihan dana (surplus spending unit). Alternatif lain alokasi dana dari SSU ke DSU adalah melalui perantara keuangan keuangan (financial intermediary) dan perusahaan investasi (investment bankers). Seperti telah dibahas sebelumnya, ada dua cara investor membeli sekuritas: (1) secara langsung (direct process) dan (2)  secara tidak langsung (indirect prosess). Transfer dna secara langsung adalah melalui perantara keuangan (finansial intermediary seperti bank dan lembaga pendanaan serta perusahaan investasi.
·         Pada proses langsung, pihak yang memberikan dana membeli sekuritas yang ditawarkan perusahaan (misalnya, saham dan obligasi). Rupiah mengalir ke perusahaan, sedangkan perusahaan memberikan sekuritas perusahaan berupa saham atau obligasi. Pada proses tidak langsung melalaui perantara keuangan, misalnya bank, rupiah mengalir ke bank, kemudian bank menyalurkan rupiah tersebut ke perusahaan.






Text Box: Direct transfer of Rp


 
















3.       Penentuan Tingkat Suku Bunga
-          Dana pada suatu perekonomian yang bebas dialokasikan melalui suatu sistem harga. Pada dasarnya suku Bunga merupakan harga yang dibayar untuk dana atau modal. Tingkat suku Bunga ditentukan oleh faktor-faktor berikut ini: (1) permintaan akan dana (2) penawaran dana.
-          Teori “Loanable Funds” memberi penjelasan mengapa suku bunga naik atau turun. Fokus teori ini ada pada penawaran (supply) dan permintaan (demand) terhadap dana yang dapat dipinjamkan (loanable funds). Kurva penawaran untuk loanable funds (Sf) memiliki kemiringan (slope) positif, sedangkan kurva permintaan untuk loanable funds (Df) memiliki slope positif. Perpotongan antara Df dan Sfmenentukan tingkat suku bunga pada kondisi keseimbangan (equilibrium) serta jumlah dana yang dipinjamkan.










 






·         Faktor-faktor yang mempengaruhi supply dari loanable funds (Sf) adalah:
a)      Rumah tangga (household).
b)      Sektor Usaha (Business).
c)       Pemerintah (Government).
d)      Investor Asing.
·         Ke 4 faktor tersebut juga mempengaruhi permintaan akan loanable funds (Df).

4.       Hubungan Antara Inflasi dan Suku Bunga
·         Inflasi atau kenaikan harga barang dan jasa secara umum terjadi karena pertumbuhan uang (money supply) melebihi pertumbuhan produksi barang dan jasa. Yang dikhawatirkan dari inflasi adalah menurunnya daya beli uang (purchasing power of money).

5.       Komponen Suku Bunga Pasar
Pada umumnya suku bunga nominal pada suatu sekuritas hutang, k, terdiri dari suku bunga riil bebas risiko ditambah beberapa premi yang timbul karena inflasi, risiko sekuritas dan likuiditas sekuritas tersebut.
Jika suku bunga riil bebas risiko tetap, tetapi inflasi yang diperkirakan naik, sekuritas memiliki kemungkinan “default” (gagal dibayar kembali) yang tinggi, sulit dijual serta memiliki usia jatuh tempo yang panjang, investor cenderung menghendaki suatu suku bunga nominal yang tinggi.
Obligasi dengan usia jatuh tempo yang leih panjang memiliki risiko yang lebih besar (interest rate risk). Jika suku bunga yang berlaku di pasar naik, harga obligasi di pasar sekunder akan jatuh.
Obligasi yang diterbitkan sebuah BUMN tentunya lebih kecil risiko “default”nya (kegagalan) daripada obligsi perusahaan swasta yang kecil.
Sekuritas suatu perusahaan kecil pada umumnya kurang likuid jika dibandingkan dengan sekuritas perusahaan besar.
6.       Yield Curve
Yield curve adlah kurva yang menggambarkan hubungan antara tingkat keuntungan (yield to maturity) dengan usia (time to maturity) suatu obligasi disebut “term structure ofinterest rates”.
Ada 3 bentuk utama Yield Curve:
a)      Upward Sloping Yield Curve
Sering disebut sebagai “normal yield curve”, dimana suku bunga jangka panjang lebih tinggi dari suku bunga jangka pendek. Artinya, investor menghendaki suku bunga yang lebih tinggi pada obligasi yang lebih panjang usianya.


Text Box: Suku Bunga
 


                            


Text Box: Tahun Sebelum Jatuh Tempo
 




b)      Downward-Sloping Yield Curve
Disebut sebagai “abnormal yield curve” karena suku bunga jangka panjang lebih rendah dari suku bunga jangka pendek. Artinya, investor justru menghendaki suku bunga (tingkat keuntungan0 yang lebih rendah pada obligasi yang lebih panjang usianya. Abnormal yield curve ini menunjukkan bahwa investor memperkirakan inflasi di masa mendatang meurun.


Text Box: Suku Bunga
 


                        


Text Box: Tahun Sebelum Jatuh Tempo
 





c)       Flat Yield Curve

Jika suku bunga jangka pendek sama dengan suku bunga jangak panjang. Artinya investor menghendaki suatu tingkat keuntungan (suku bunga) yang sama untuk obligasi jangka pendek maupun panjang.
Text Box: Tahun Sebelum Jatuh Tempo
Text Box: Suku Bunga





·         Ada 3 teori yang menerangkan bentuk suatu yield curve:
a)      Teori pengharapan (expectation curve)
Teori ini menyatakan bahwa yield curve tergantung pada pengharapan investor tentang tingkat inflasi di masa mendatang.
b)      Teori Preferensi Likuiditas (Liquidity Preference Theory)
Teori ini menyatakan bahwa jika kondisi normal (tingkat inflasi sekarang dan masa depan diperkirakan sama) maka tingkat keuntungan obligasi jangka pendek. Hal ini disebabkan adanya maturity risk premium yang lebih besar untuk obligasi jangka panjang. Akibatnya pada kondisi ini, yield curve akan “normal” atau “upward-sloping”.
c)       Teori segmentasi pasar (market segmentation theory)
Teori ini menyatakan bahwa kemiringan yield Curve tergantung pada penawaran dan permintaan dana pada pasar obligasi jangka pendek dan jangka panjang. Menurut teori ini ada 2 jenis pasar yang menentukan bentuk yield curve:
(1)    Pasar sekuritas jangka pendek yang menentukan tingkat keuntungan jangka pendek, dan
(2)    Pasar sekuritas jangka panjang yang menentukan tingkat keuntungan jangka panjang.
“Upward-sloping” yield curve terjadi jika terdapat kelebihan penawaran dana jangka pendek dan kekurangan penawaran dana jangka panjang relative terhadap permintaannya. Akibatnya suku bunga (tingkat keuntungan) dana jangka pendek lebih rendah dri suku bunga dana jangka panjang. “Downward-sloping” yield curve terjadi bila permintaan akan dana jangka pendek relative lebih tinggi dari penawarannya, serta permintaan akan dana jangka panjang relative lebih rendah dari penawarannya. Akibatnya suku bunga jangka pendek lebih tinggi dari suku bunga jangka panjang.